EKSISTENSI JALADWARA DALAM MEMBENTUK RUANG SAKRAL PADA SITUS PATIRTHAN PENINGGALAN KERAJAAN SINGHASARI
STUDI KASUS : SITUS PATIRTAN WATUGEDE SINGOSARI KABUPATEN MALANG
DOI:
https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2024.008.02.02Abstract
Dalam kosmologi budaya Jawa, khususnya kepercayaan Hindu-Buddha, patirthan (pemandian suci) yang umumnya memiliki sumber mata air punya arti penting. Sejak era kerajaan Hindu di pulau Jawa sudah mengenal konsep taman air sebagai tempat pemandian yang sakral disebut patirthan. Namun berbeda dengan patirthan Hindu, patirthan peninggalan kerajaan Singhasari memiliki keunikan karena dipengaruhi budaya pendatang maupun lokal, yang dapat dilihat dari konsep tata ruang dan ornamentasi patirthan. Salah satu ornamentasi yang penting dari patirthan ini adalah arca pancuran atau disebut juga Jaladwara, yang kemudian menjadikannya elemen terkuat diantara elemen lainnya dan sekaligus menjadikan sebuah patirthan memiliki fungsi selain untuk pemenuhan kebutuhan air sehari-hari juga digunakan untuk keperluan ritual keagamaan. Pengungkapan sebuah Jaladwara menjadi penekanan penelitian ini berdasarkan data pendukung temuan arkeologi yang terdapat di situs patirthan dengan menggunakan obyek studi di Situs Patirthan Watugede. Penelitian ini bertujuan untuk memahami wujud tata ruang makro, tata ruang mikro, dan ornamentasi Jaladwara di Situs Patirthan Watugede. Tata ruang makro meliputi kosmologi dari patirthan, sedangkan tata ruang mikro meliputi sosok bentuk patirthan. Selain itu juga bertujuan untuk mendeskripsikan peran Jaladwara secara spasial dalam membentuk ruang sakral pada patirthan. Penelitian ini menggunakan metode kuasi kualitatif untuk merumuskan temuan yang bersifat deskriptif ideographik dengan teknik analisis wacana pada obyek kasus dari perspektif konsep ruang. Hasil temuan menunjukkan bahwa letak Jaladwara mempengaruhi pola penataan ruang pada patirthan yang berimplikasi pada pola sirkulasi dalam kawasan, terlebih bagi pelaku keagaamaan dalam melakukan prosesi ritual.