KONSEP BULUIH DALAM PERTUNJUKAN LUAMBEK PADA MASYARAKAT SICINCIN DI MINANGKABAU

Authors

  • Yusfil Yusfil nstitut Seni Indonesia Padangpanjang-Sumatera Barat-Indonesia
  • Saduddin Saaduddin Institut Seni Indonesia Padangpanjang-Sumatera Barat-Indonesia
  • Sabri Gusmail Institut Seni Budaya Aceh-ISBI Aceh

Keywords:

Elit Tradisional, Luambek, Buluih, Simbol

Abstract

Luambek adalah  seni pertunjukan yang diakui sebagai salah satu bentuk seni untuk mensahkan keberadaan Penghulu yang baru diberi gelar Datuk pada masyarakat Sicincin di Minangkabau. Sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan, luambek tidak dibolehkan tampil jika tidak seizin ninik mamak (Penghulu) kaum dalam adat masyarakat Sicincin tersebut, sehingga untuk mempertunjukkannya ia memiliki aturan – aturan yang harus dijalankan. Tempat pertunjukan, para pemain, dan waktu pertunjukan merupakan triangle yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Konsep buluih menjadi patokan utama untuk mengharumkan nama baik kaum. Menggunakan data kualitatif, tulisan ini disajikan secara analisis deskriptif

Author Biographies

Yusfil Yusfil, nstitut Seni Indonesia Padangpanjang-Sumatera Barat-Indonesia

nstitut Seni Indonesia Padangpanjang-Sumatera Barat-Indonesia

Saduddin Saaduddin, Institut Seni Indonesia Padangpanjang-Sumatera Barat-Indonesia

Institut Seni Indonesia Padangpanjang-Sumatera Barat-Indonesia

Sabri Gusmail, Institut Seni Budaya Aceh-ISBI Aceh

Institut Seni Budaya Aceh-ISBI Aceh

References

A.A. Navis. 1984. Alam Takambang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Pers.

Bertrant Russell.Berfikir Ala Filsuf. Terjemahan dari buku “The Art of Philosophing & Other Esseys†oleh Basuki Hri Winarno. 2002. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Gusti, Laraski, Marzam, Hadi, H. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Dampeang Pada Kesenian Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. E-Journal Sendratasik, 7(1), 20–25. http://wacanaetnik.fib.unand.ac.id/index.php/wacanaetnik/article/view/29

Kamal, Z. (2012). Eksistensi Seni Pertunjukan Nagari Kepala Hilalang Kabupaten Padang Pariaman. Wacana Etnik, 3(1), 45–70. http://wacanaetnik.fib.unand.ac.id/index.php/wacanaetnik/article/view/29

Radhia, H. A. (2019). Pergelaran Bantengan “ Banteng Wareng †Madyopuro Malang : Telaah Antropologi Kesenian. Jurnal Studi Budaya Nusantara, 3(2), 117–123. https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2019.003.02.04

Idrus Hakimi. Dt. Rajo Penghulu.1994. Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang. dan Pidato Alua Pasambahan Adat di Minangkabau. Cetakan Keempat. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Indra Utama.2017. Tari Minangkabau. Dari Pencak dan Pamenan ke Tari Persembahan. . Kuala Lumpu: Universiti Malaya.

Sal Murgiyanto.2016. Kritik Pertunjukan dan Pengalaman Keindahan. Jakarta: IKJ.

Thaib, Gl. ST Pamoentjak. 1935. Kamus Bahasa Minangkabau, Bahasa Melajoe-Riau. Batavia Departement Van Onderwijs En Eeredients.

Umar Yunus. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta : Sinar Harapan.

Downloads

Published

2020-12-29

Issue

Section

Articles