Belis dan Harga Seorang Perempuan Sumba (Perkawinan Adat Suku Wewewa, Sumba Barat Daya, NTT)

Authors

  • Dony Kleden Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba, STKIP Weetebula

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2017.oo1.01.03

Keywords:

Perkawinan, Belis, Resiprositas, Marriage, Reciprocity

Abstract

Perkawinan antara laki-laki dan perempuan, atau bahkan sesama jenis sekali pun di sana selalu hadir yang namanya kebutuhan akan saling menyayangi, mencintai dan memberikan diri satu sama lain. Dengan demikian, di dalam perkawinan itu sendiri ada rasa saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling memberi dan menerima, ada resiprositas antar pribadi. Dan tentu, di tiap daerah atau suku, selalu mempunyai keunikan dan kekhasan terkait dengan proses atau pagelaran perkawinan. Suku Wewewa, yang adalah salah satu suku yang berada di Pulau Sumba, mempunyai kekahasan juga dalam hal proses perkawinan. Belis (mas kawin) selalu menjadi kata kunci untuk membuka pintu pembicaraan kalau memang ada rencana untuk mengadakan sebuah perkawinan. Dan karena belis selalu menjadi kata kunci, maka tidak heran, kalau rasa cinta dalam banyak kasus pernikahan menjadi alpa. Tulisan singkat saya ini akan fokus pada macam-macam jenis pernikahan yang ada di Suku Wewewa dengan segala akrobat dan rakayasa. Tulisan ini berangkat dari hasil penelitian saya beberapa bulan yang lalu, dengan pendekatan observasi partisipasi. Di akhir tulisan ini, akan saya berikan catatan kritis dengan menggunakan teori resiprositas.

 

ABSTRACT
Marriage betwen man and woman, even man and man, or woman and woman, there is always talk about necessity to love one each other, and to need one each other. There for, in marriage, there are any dependence, any necessity, any reciprocity betwen man and woman, or minimal two persons. Of course, every place and culture, has uniqueness about the process or celebration of marriage. Wewewa ethnic is one of ethnic in Sumba island has uniqueness too in celebrationing marriage. Belis (bride-price) always be key of word if they want to talk about marriage. And because Belis always to be the key of marriage, feel of love sometimes not be the first of the marriage. This my short writing will be focused to many kinds of marriage in Wewewa ethnic and all games in itself. This writing based of my research few moths ago, with observation-participation approach. At the end of this writing, I will give my critical note using reciprocity theory.

References

Kalembu, Hugo R. 2007. Pemekaran Sumba Barat Daya, Dari Jules Verne ke Momentum Propinsi Pulau Bunga. Yayasan Sabana.

Kapita, Oc.H. 1976. Masyarakat Sumba dan Adat Istiadatnya. Panitia Penerbit Naskah-Naskah Kebudayaan Daerah sumba Dewan Penata Layanan Gereja Kristen Sumba, Waingapu

________.1976. Sumba Di Dalam Jangkauan Jaman. Panitia Penerbit Naskah-Naskah Kebudayaan Daerah sumba Dewan Penata Layanan Gereja Kristen Sumba, Waingapu

Kleden, Dony. 2013. Politik Resiprositas Kedde, Kontestasi Kearifan dan Manipulasi Lokal di Suku Wewewa, Sumba Barat Daya. Yogyakarta, Andi.

-------------. 2015. Sosiologi dan Antropologi. Yogyakarta. Linta Pustaka

-------------. 2016. Kabola, Narasi Perempuan Sumba. Yogyakarta. Lintang Pustaka

Mauss, Marcel. 1992. Pemberian (terjemahan). Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Radcliffe-Brown, A.R. 1965. Structure and Function in Primitive Society. The free press, New York.

Downloads

Published

2017-04-17

Issue

Section

Articles